Selamat datang para Bintang di Kampus Peradaban MIS ISLAM TERPADU AL USWAH PASIRIAN, Mewujudkan generasi Qur'ani, Berprestasi, dan Mandiri

Laporan Ketercapaian Target Nilai Karakter Program PERSARI Tahun 2025

PERSARI (Perkemahan Satu Hari) merupakan sebuah program yang khusus dirancang untuk anggota Pramuka Siaga (usia 7–10 tahun). Kegiatan ini bertujuan untuk melatih karakter, kemandirian, kedisiplinan, serta menumbuhkan rasa kerja sama dan cinta alam dalam waktu singkat tanpa perlu menginap. 

Melalui kegiatan luar ruang, simulasi kemandirian, kerja kelompok, dan aktivitas berbasis masalah, siswa Siaga dilatih untuk mengembangkan enam aspek karakter utama: Kemandirian, Kedisiplinan, Tanggung Jawab, Kerja Sama, Problem Solving, dan Self-Leadership.

Untuk mengetahui ketercapaian target dan sebagai bahan evaluasi program, MIS Islam Terpadu mengadakan survei pasca-program kepada para peserta (siswa kelas 2 dan 3), yang menanyakan hasil refleksi kegiatan kepada anak setelah pelaksanaan Persari. Hasil survei dari 119 responden memberikan gambaran komprehensif mengenai pencapaian karakter anak-anak selama mengikuti kegiatan PERSARI. Berikut rincian selengkapnya.

Ringkasan Hasil Survei Per Aspek

Secara umum, Program PERSARI tahun ini menunjukkan keberhasilan yang sangat baik. Lima dari enam aspek karakter mencapai kategori Sangat Baik, dengan persentase di atas 90%.

1. Problem Solving — 99,08%

Problem solving mencakup kemampuan siswa mengatasi tantangan kegiatan, memecahkan masalah saat terjadi kesalahan, serta menyesuaikan diri dengan lingkungan perkemahan. Sebanyak 99,08% siswa telah memenuhi aspek karakter tersebut, dan hanya 0,92% yang belum mampu mengatasi problem dan menaklukkan tantangan. 

Walaupun masuk kategori sangat baik, aspek ini berpotensi terus ditingkatkan melalui permainan tantangan yang lebih bervariasi pada perkemahan mendatang. Kegiatan berbasis tantangan dan permainan edukatif efektif melatih daya pikir kritis dan solutif anak.

2. Kedisiplinan — 98,99%

Aspek ini menjadi capaian tertinggi dalam program. Orang tua menilai anak hadir tepat waktu, mengikuti instruksi pembina, dan menaati aturan perkemahan. Sebanyak 98,99% siswa hadir tepat waktu, hanya 1,01% yang hadir terlambat. Capaian ini menunjukkan bahwa penerapan disiplin di sekolah telah terbentuk dengan relatif baik dan tercermin pada kegiatan luar sekolah.

3. Tanggung Jawab — 98,66%

Tanggung jawab menjadi salah satu aspek penting dalam perkemahan, mulai dari menjaga barang pribadi, menjaga area tenda, hingga menyelesaikan aktivitas mandiri dan kelompok. Sebanyak 98,66% siswa berhasil memenuhi aspek karakter tersebut, sedangkan 1,34% siswa masih perlu peningkatan. Persentase tinggi menunjukkan bahwa anak tidak hanya menjalankan tugas ketika diminta, tetapi juga mulai memahami tanggung jawab terhadap diri dan kelompoknya. 

4. Kerja Sama — 98,36%

Capaian kerja sama juga sangat menonjol. Sebagian besar anak (98,36%) mampu bekerja dalam kelompok, berbagi tugas, saling membantu, dan menyelesaikan aktivitas permainan tim dengan baik. Interaksi lintas kelas dan pembagian kelompok acak terbukti efektif dalam mengasah keterampilan sosial peserta. Spirit gotong royong dan kebersamaan sudah sangat baik.

5. Self-Leadership — 95,71%

Self-leadership mengukur kemampuan siswa dalam mengambil inisiatif, membuat keputusan sederhana, serta mengatur diri sendiri tanpa harus selalu diarahkan. Sebanyak 95,71% siswa telah memenuhi aspek karakter tersebut, sedangkan 4,29% siswa belum sepenuhnya memiliki inisiatif untuk bertindak dan masih harus diarahkan secara spesifik. 

Capaiannya yang tinggi menunjukkan anak mulai mampu memimpin dirinya sendiri dalam menyelesaikan aktivitas tanpa pendampingan intensif. Perlu penguatan lanjutan dalam bentuk kegiatan leadership ringan di kelas atau unit kecil (regu/barung).

6. Kemandirian — 34,72%

Dari 119 responden: 34,72% anak menyiapkan perlengkapan PERSARI secara mandiri, 65,23% anak masih dibantu orang tua atau orang lain, dan 0,05% semuanya disiapkan orang tua. Angka ini menunjukkan bahwa hanya sepertiga peserta yang benar-benar menyiapkan diri secara penuh tanpa bantuan. 

Banyak siswa masih membutuhkan dukungan pada tahap persiapan yang sebenarnya merupakan bagian penting dari pembelajaran karakter, misalnya menata perlengkapan pribadi, memastikan peralatan lengkap, dan melakukan pengecekan ulang sendiri.

Meski secara statistik capaian aspek ini adalah yang paling rendah, perlu dimaklumi pula bahwa peserta adalah anak kelas 2 dan kelas 3, yang usianya usia 7–10 tahun. Mereka telah berupaya untuk mempersiapkan kebutuhan secara mandiri, meskipun sebagian juga masih dibantu oleh orang tua.

Sebaran Capaian Aspek per Kelas

Aspek

Rata-rata Kelas 2

Rata-rata Kelas 3

Rata-rata Keseluruhan

Problem Solving

98,33%

100,00%

99,08%

Kedisiplinan

98,24%

98,63%

98,99%

Tanggung Jawab

97,31%

100,00%

98,66%

Kerja Sama

96,73%

100,00%

98,36%

Self-Leadership

93,28%

96,67%

95,71%

Kemandirian

31,79%

40,00%

34,72%

 

1. Problem Solving — 99,08% (Tertinggi)

  • Kelas 2: 98,33%
  • Kelas 3: 100%
  • Analisis Sebaran:
    Hampir seluruh peserta telah menunjukkan kemampuan memecahkan masalah dengan sangat baik. Kelas 3 mencapai 100%, menandakan semua siswa mampu menyelesaikan tantangan dengan mandiri. Kelas 2 sedikit di bawah namun tetap berada pada level sangat tinggi (98,33%). Sebaran stabil dan merata, tanpa kelompok yang tertinggal.

2. Kedisiplinan — 98,99%

  • Kelas 2: 98,24%
  • Kelas 3: 98,63%
  • Analisis Sebaran:
    Disiplin menjadi aspek paling konsisten antar tingkat. Kelas 2 dan 3 hanya berbeda 0,39%, menunjukkan bahwa perilaku mengikuti aturan, tepat waktu, dan menaati instruksi sudah menjadi kebiasaan kuat di seluruh kelas.

3. Tanggung Jawab — 98,66%

  • Kelas 2: 97,31%
  • Kelas 3: 100%
  • Analisis Sebaran:
    Siswa kelas 3 sudah menunjukkan ketercapaian penuh (100%) dalam melaksanakan tanggung jawabnya, baik pada tugas pribadi maupun kelompok. Kelas 2 berada di angka 97,31%, menunjukkan sebagian kecil siswa masih perlu konsistensi, namun tetap pada kategori sangat baik.

4. Kerja Sama — 98,36%

  • Kelas 2: 96,73%
  • Kelas 3: 100%
  • Analisis Sebaran:
    Kelas 3 mendominasi dengan ketercapaian sempurna (100%), menandakan interaksi sosial, komunikasi, dan koordinasi antarsiswa berjalan optimal. Kelas 2 berada sedikit di bawah tetapi tetap sangat tinggi (96,73%), menunjukkan mayoritas siswa mampu bekerja secara kolaboratif.

5. Self-Leadership — 95,71%

  • Kelas 2: 93,28%
  • Kelas 3: 96,67%
  • Analisis Sebaran:
    Self-leadership atau kemampuan mengarahkan diri sendiri masih sangat baik, dengan kelas 3 lebih matang dalam pengendalian diri, inisiatif, dan pengelolaan keputusan. Kelas 2 sedikit lebih rendah, terutama dalam aspek inisiatif tindakan dan manajemen diri.

6. Kemandirian — 34,72% (Terendah & Perlu Perhatian)

  • Kelas 2: 31,79%
  • Kelas 3: 40,00%
  • Analisis Sebaran: Kemandirian merupakan aspek paling menantang bagi siswa dan membutuhkan tindak lanjut.
    • Kelas 2 masih cukup rendah karena sebagian besar siswa masih memerlukan bantuan orang tua.
    • Kelas 3 menunjukkan peningkatan (40%) namun tetap di bawah target ideal.
      Sebaran kemandirian menunjukkan gap besar antar siswa, terutama pada aktivitas persiapan perlengkapan, mengelola barang pribadi, dan inisiatif tanpa diingatkan. 

Tindak Lanjut Program

Untuk memastikan peningkatan karakter peserta didik berjalan lebih optimal, diperlukan tindak lanjut yang terarah baik dari pihak sekolah maupun orang tua. Berikut langkah-langkah strategis yang disusun berdasarkan temuan survei:

1. Tindak Lanjut di Sekolah

  • Penguatan Pembiasaan Harian
    Melanjutkan dan memantapkan rutinitas pagi seperti pengecekan kemandirian, ketepatan waktu, dan kerapian untuk menjaga konsistensi karakter.

  • Integrasi Kemandirian dalam Pembelajaran
    Guru menambahkan aktivitas yang menuntut anak mengambil keputusan sendiri, membawa perlengkapan, atau menyelesaikan tugas tanpa bergantung pada bantuan.

  • Pemberian Penguatan Positif (Positive Reinforcement)
    Memberikan apresiasi sederhana bagi siswa yang menunjukkan peningkatan kemandirian dan tanggung jawab secara konsisten.

  • Pendampingan Individual bagi Siswa Tertentu
    Mengidentifikasi siswa yang masih sangat bergantung pada bantuan orang tua, kemudian memberikan mentoring ringan melalui wali kelas atau guru pendamping.

  • Kolaborasi Rutin dengan Orang Tua
    Menyampaikan progres karakter siswa secara berkala, sekaligus memberikan rekomendasi latihan kemandirian yang dapat diterapkan di rumah.

2. Tindak Lanjut untuk Orang Tua

  • Memberi Kesempatan Anak untuk Mandiri
    Mengizinkan anak mempersiapkan perlengkapan sendiri, meskipun hasilnya belum sempurna. Fokus pada proses, bukan hanya hasil.

  • Membangun Rutinitas Malam dan Pagi
    Menetapkan jadwal tetap untuk mengecek kelengkapan buku, alat tulis, bekal, hingga seragam agar anak terbiasa merencanakan kebutuhannya.

  • Mengurangi Intervensi Berlebihan
    Orang tua didorong untuk tidak langsung membantu ketika anak mengalami kesulitan kecil, melainkan memberikan waktu agar anak mencoba terlebih dahulu.

  • Latihan Kemandirian yang Terukur
    Memberikan tugas-tugas rumah tangga sederhana seperti melipat baju, merapikan alat tulis, atau menyimpan barang pada tempatnya.

  • Memberikan Apresiasi dan Umpan Balik
    Menghargai usaha anak, sekecil apa pun, untuk membangun rasa percaya diri dan motivasi internal.

Penutup

Hasil pemetaan capaian Program PERSARI tahun ini memberikan gambaran yang jelas bahwa sebagian besar aspek karakter peserta didik telah berkembang sangat baik. Kedisiplinan, tanggung jawab, kerja sama, problem solving, hingga self-leadership menunjukkan konsistensi capaian yang tinggi di hampir seluruh kelas. Ini menandakan bahwa proses pembiasaan karakter di lingkungan sekolah berjalan dengan efektif dan diterima dengan baik oleh peserta didik.

Namun demikian, temuan pada aspek kemandirian membuka ruang refleksi yang penting. Rendahnya persentase siswa yang mampu mempersiapkan kebutuhan secara mandiri menunjukkan bahwa pembiasaan di rumah masih perlu diperkuat. Kemandirian tidak hanya memerlukan instruksi, tetapi juga lingkungan yang memberi kesempatan, waktu, dan kepercayaan kepada anak untuk mencoba dan bertanggung jawab atas kebutuhannya sendiri.

Oleh karena itu, laporan ini bukan hanya menjadi catatan evaluatif, tetapi juga ajakan kolaboratif. Sekolah telah menyediakan lingkungan yang terstruktur, tetapi orang tua mengambil peran yang lebih besar dalam mendampingi proses pembentukan karakter di rumah. Dengan kolaborasi yang selaras antara sekolah dan orang tua, capaian karakter anak-anak akan berkembang lebih komprehensif dan berkelanjutan.


4 Komentar

  1. Masyaallah keren sekali 🥰

    BalasHapus
  2. Super sekali... Layak anak2ku di sekolahkan di Al uswah

    BalasHapus
  3. MasyaAllah pengalaman sekaligus pembelajaran yg tidak akan terlupakan untuk anak-anak 🤗

    BalasHapus
  4. Sukses selalu untuk MIS IT Al Uswah 🔥🔥

    BalasHapus