Selamat datang para Bintang di Kampus Peradaban MIS ISLAM TERPADU AL USWAH PASIRIAN, Mewujudkan generasi Qur'ani, Berprestasi, dan Mandiri

Nuansa Khidmat dan Hangat pada Hari Guru Nasional 2025 di MIS Islam Terpadu Al-Uswah

Peringatan Hari Guru Nasional yang dilaksanakan pada 25 November 2025 di MIS Islam Terpadu Al-Uswah menghadirkan suasana yang berbeda. Seluruh petugas upacara berasal dari jajaran guru. Para pendidik mengambil peran sebagai pembawa acara, pemimpin upacara, komandan pleton, pengibar bendera, pembaca UUD 1945, hingga paduan suara. Setiap guru menjalankan tugasnya dengan penuh kesungguhan, menciptakan kesan profesional dan membanggakan.

Para siswa berdiri rapi di barisan masing-masing. Mereka menyimak setiap rangkaian upacara dengan khusyuk. Antusiasme juga terlihat saat para guru mulai memasuki formasi petugas. Senyum bangga dari para siswa menunjukkan bahwa momen ini memberikan pengalaman baru bagi mereka, melihat sosok guru yang biasa mengajar di kelas kini menjalankan tugas upacara dengan penuh wibawa.

Upacara Spesial dengan Petugas dari Para Guru

Para guru yang bertugas mempersiapkan diri sejak hari Sabtu, 22 November 2025. Mereka berlatih barisan, memantapkan komando, dan menyelaraskan suara untuk paduan suara. Suasana latihan terasa penuh tawa ringan, mengingat sebagian besar guru belum terbiasa untuk menjadi petugas upacara atau sudah sangat lama sejak terakhir menjadi petugas upacara.

Ketika hari-H upacara dimulai, semuanya berubah menjadi sangat rapi dan tertib. Pemandangan para ustadz dan ustadzah berdiri di posisi petugas, mengenakan seragam dengan sikap disiplin, memberikan pengalaman baru bagi para siswa. Banyak siswa tampak kagum melihat gurunya memimpin komando dengan tegas atau mengibarkan bendera dengan gerakan yang mantap. Momen ini menjadi cara sederhana untuk menunjukkan teladan kedisiplinan melalui tindakan nyata.

Upacara dimulai dengan susunan sebagaimana seremoni formal, mulai dari pembukaan, penyiapan pasukan oleh pemimpin pleton dan pemimpin upacara, kemudian dilanjutkan dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih. Selanjutnya adalah momen mengheningkan cipta, yang seluruhnya diiringi lagu dari paduan suara para ustadzah.

Pembina upacara, Ustadz Akhmad Lutfi, S.Pd.I, turut menyampaikan amanah betapa besar peran guru dalam kehidupan. Seorang guru bagaikan lentera yang menyinari jalan para murid menuju masa depan masing-masing, sesuai apa yang dicita-citakan. Tak hanya cita-cita dunia, melainkan juga cita-cita akhirat. Maka, sudah semestinya para murid menghormati guru, serta senantiasa mendoakan para guru, sebagaimana para guru yang tak pernah putus mendoakan murid-muridnya.

Khidmat Saat Himne Guru Menggema

Bagian yang tak kalah menyentuh dari upacara adalah ketika lagu “Himne Guru” mulai dinyanyikan. Paduan suara dari para ustadzah mengiringi lantunan lagu yang sarat makna itu. Suasananya berubah lebih khidmat sekaligus haru. Para siswa mengikuti nyanyian dengan penuh penghayatan, menciptakan momen kebersamaan yang terasa begitu dalam.

Beberapa guru terlihat menundukkan kepala, seolah sedang mengenang perjalanan panjang mereka dalam mendidik. Sementara itu, sebagian siswa tampak terharu ketika melihat guru-gurunya bernyanyi. Alunan lagu yang meresap dan kekhidmatan yang tercipta menjadikan bagian ini sebagai salah satu momen paling bermakna selama peringatan berlangsung.

Penampilan Baca Puisi yang Memukau

Setelah upacara ditutup, suasana bergeser menjadi lebih hangat dan penuh kekeluargaan. Ananda Azzam Haikal Kurniawan dari kelas 4C maju ke depan untuk membacakan puisi spesial Hari Guru. Dengan suara yang jelas dan ekspresi yang penuh penghayatan, Azzam membacakan bait demi bait puisi yang ia bawakan. Setiap pilihan kata terasa menyentuh, sehingga membuat para hadirin perlahan terdiam dan fokus mendengarkan.

Penampilan Azzam meninggalkan kesan mendalam. Banyak guru yang tampak berkaca-kaca saat menyimak pembawaan puisinya. Para siswa pun merasakan emosi yang sama. Tepuk tangan meriah menutup penampilan Azzam, namun keheningan yang masih terasa menunjukkan bahwa pesan puisi tersebut sudah sampai ke hati para pendengar.

Penampilan selengkapnya dapat ditonton melalui tautan berikut.

Pesan-Pesan Haru dari Para Siswa

Setelah pembacaan puisi, beberapa siswa menyampaikan pesan singkat untuk para guru. Kalimat yang mereka sampaikan lahir dari ketulusan. Ada siswa yang mengucapkan terima kasih karena telah dibimbing. Ada yang menyampaikan doa agar para guru selalu sehat. Ada pula yang mengungkapkan penyesalan atas kenakalan kecil yang pernah terjadi. Suasana menjadi syahdu ketika beberapa anak menahan tangis saat menyampaikan pesan tersebut.

Para guru menyambut setiap pesan dengan penuh kelembutan. Mereka mendengarkan dengan senyuman hangat, dan beberapa guru bahkan menitikkan air mata. Momen ini menjadi pengingat bahwa hubungan antara guru dan murid adalah hubungan yang tumbuh dari kepercayaan, kasih sayang, dan rasa saling menghargai. Pesan-pesan itu sederhana, namun kekuatan ketulusannya membuat suasana semakin mengharukan.

Mading Lentera: Ruang Ekspresi Cinta dari Para Siswa

Peringatan tahun ini juga dimeriahkan dengan hadirnya mading khusus Lentera (Literasi Generasi Al-Uswah) yang dibuat oleh ekstrakurikuler Literasi MIS Islam Terpadu Al-Uswah. Mading ini menampilkan berbagai karya tulis dari para siswa, mulai dari puisi, pantun, hingga paragraf reflektif mengenai pengalaman belajar bersama guru. Setiap karya ditempel dengan rapi, dihias dengan warna-warna lembut yang mewakili semangat literasi di sekolah ini.

Saat mading dibuka untuk dilihat oleh para guru, suasana berubah hangat dan menyentuh. Para guru membaca setiap tulisan dengan penuh perhatian. Ada yang tersenyum, ada yang tertawa kecil membaca pantun lucu, dan ada pula yang terdiam lama ketika membaca puisi yang mengandung ungkapan rindu, terima kasih, atau harapan. Mading Lentera menjadi ruang yang mempertemukan ketulusan anak-anak dengan dedikasi guru, sekaligus bentuk apresiasi yang sederhana namun penuh makna.

Tukar Kado: Simbol Kebersamaan Para Guru

Menjelang penutupan acara, para guru mengadakan tradisi tukar kado. Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan yang sudah lama dijaga di MIS Islam Terpadu Al-Uswah. Seluruh kado dibeli sendiri oleh para guru, kemudian dibungkus rapi dan ditukar secara acak. Tidak ada kado dari siswa maupun wali murid. Langkah ini menjadi wujud integritas dan keteladanan yang ingin ditanamkan dalam lingkungan sekolah.

Meskipun isinya sederhana, kebahagiaan terlihat jelas ketika para guru membuka kado masing-masing. Ada yang mendapatkan alat tulis, ada yang mendapatkan buku kecil, ada pula yang menerima barang-barang lucu dan bermanfaat. Momen ini memperlihatkan bahwa kebersamaan tidak diukur dari nilai benda, tetapi dari keikhlasan untuk saling memberi, saling menghargai, dan menjaga silaturahmi antarsesama tenaga pendidik.

Penutup

Peringatan Hari Guru Nasional 2025 di MIS Islam Terpadu Al-Uswah menjadi rangkaian acara yang penuh ketulusan dan kehangatan. Upacara resmi, penampilan siswa, pesan-pesan haru, mading Lentera, hingga tukar kado, semuanya berpadu membentuk pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam bagi guru maupun siswa.

Tanggal 25 November 2025 menjadi hari yang menegaskan kembali bahwa pendidikan adalah perjalanan yang dibangun di atas rasa hormat, kasih sayang, dan kebersamaan. Di hari itu, guru dan murid saling belajar, saling menguatkan, dan saling mengingatkan tentang pentingnya sebuah ketulusan dalam dunia pendidikan.

"Selamat Hari Guru Nasional, untuk para pahlawan pendidikan!"

1 Komentar